The Open Group Architecture Framework (TOGAF) merupakan suatu framework untuk mengembangkan arsitektur perusahaan. Sesuai namanya, TOGAF pertama kali dikembangkan pada tahun 1995 oleh The Open Group dengan berdasarkan pada Technical Architecture Framework for Information Management (TAFIM) yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Hingga saat ini, versi terakhir TOGAF yang dirilis telah mencapai versi 9.1.
TOGAF merupakan sebuah kerangka (metoda) terperinci dan sekumpulan perangkat pendukung untuk mengembangkan sebuah arsitektur teknologi informasi perusahaan. Kerangka menyediakan sebuah klasifikasi untuk menghubungkan konsep-konsep yang menggambarkan dunia nyata pada konsep-konsep yang menggambarkan sistem informasi dan implementasinya. Kerangka digunakan untuk mengelompokkan informasi yang diperlukan dengan tujuan untuk menjelaskan keseluruhan perusahaan dan untuk menyimpan informasi tersebut, biasanya didukung oleh perangkat tempat penyimpanan yang tepat.
Menurut The Open Group (2007), ada empat jenis arsitektur yang umumnya diterima sebagai bagian dari keseluruhan arsitektur enterprise, yaitu arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi. Kombinasi arsitektur data dan arsitektur aplikasi disebut juga sebagai arsitektur sistem informasi. Sebenarnya TOGAF secara asli dirancang untuk mendukung arsitektur teknologi. Tetapi TOGAF semakin berkembang dan kemudian mendukung keempat jenis arsitektur tersebut.
TOGAF memiliki sejumlah komponen sebagai berikut:
- Architecture Development Method (ADM) – komponen inti dari TOGAF yang menguraikan langkah-langkah dalam mengembangkan arsitektur perusahaan.
- ADM Guidelines and Techniques – komponen ini terdiri atas kumpulan petunjuk dan teknik dalam mengaplikasikan TOGAF ADM.
- Architecture Content Framework – komponen ini mendeskripsikan content framework dari TOGAF yang terdiri atas metamodel artefak, building blocks, dan deliverables.
- Enterprise Continuum and Tools – komponen ini merupakan “tempat penyimpanan virtual” dari semua aset arsitektur –
meliputi model, pola, penjelasan arsitektur, dan sebagainya – yang terdapat dalam perusahaan serta industri teknologi informasi secara umum. Aset tersebut diyakini perusahaan harus tersedia untuk pengembangan arsitektur. Pada fase yang relevan sepanjang TOGAF ADM, terdapat peringatan untuk mempertimbangkan aset arsitektur apa dari TOGAF Enterprise Continuum yang harus dipakai arsitek jika tersedia.
- TOGAF Reference Models (RM) – komponen ini memuat architectural reference models yang mencakup TOGAF Foundation Architecture dan The Integrated Information Infrastructure RM.
- Architecture Capability Framework – komponen ini memuat proses, keahlian, peran dan tanggung jawab dalam organisasi yang dibutuhkan agar arsitektur dapat berfungsi.
Architecture Development Method (ADM)
Elemen kunci dari TOGAF adalah Architecture Development Method (ADM) yang memberikan gambaran spesifik untuk proses pengembangan arsitektur enterprise (Lise 2006). ADM adalah fitur penting yang memungkinkan perusahaan mendefinisikan kebutuhan bisnis dan membangun arsitektur spesifik untuk memenuhi kebutuhan itu.
Sebagai komponen inti, TOGAF ADM menyediakan serangkaian proses iteratif mulai dari menyusun arsitektur, transisi, hingga mengelola proses realisasi arsitektur. TOGAF ADM terdiri atas sepuluh fase sebagai berikut:
1. Preliminary Phase – fase ini mencakup aktivitas persiapan untuk menyusun kapabilitas arsitektur termasuk kustomisasi TOGAF dan mendefinisikan prinsip-prinsip arsitektur. Tujuan fase ini adalah untuk menyakinkan setiap orang yang terlibat di dalamnya bahwa pendekatan ini untuk mensukseskan proses arsitektur. Pada fase ini harus menspesifikasikan who, what, why, when, dan where dari arsitektur itu sendiri.
- Æ’What adalah ruang lingkup dari usaha.
- Who adalah siapa yang akan memodelkannya, siapa orang yang akan bertanggung jawab untuk mengerjakan arsitektur tersebut, dimana mereka akan dialokasikan dan bagaimana peranan mereka.
- How adalah bagaimana mengembangkan arsitekture interprise, menentukan framework dan metode apa yang akan digunakan untuk menangkap informasi.
- When adalah kapan tanggal penyelesaian arsitektur
- Why adalah mengapa arsitektur ini dibangun. Hal ini berhubungan dengan tujuan organisasi yaitu bagaimana arsitektur dapat memenuhi tujuan organisasi.
2. Phase A: Architecture Vision – fase ini merupakan fase inisiasi dari siklus pengembangan arsitektur yang mencakup pendefinisian ruang lingkup, identifikasi stakeholders, penyusunan visi arsitektur, dan pengajuan persetujuan untuk memulai pengembangan arsitektur.
Beberapa tujuan dari fase ini adalah :
- Menjamin evolusi dari siklus pengembangan arsitektur mendapat pengakuan dan dukungan dari manajemen enterprise.
- Mensyahkan prinsip bisnis, tujuan bisnis dan pergerakan strategis bisnis organisasi.
- Mendefinisikan ruang lingkup dan melakukan identifikasi dan memprioritaskan komponen dari arsitektur saat ini.
- Mendefiniskan kebutuhan bisnis yang akan dicapai dalam usaha arsitektur ini dan batasannya.
- Menghasilkan visi arsitektur yang menunjukan respon terhadap kebutuhan dan batasannya.
Beberapa langkah yang dilakukan pada fase ini adalah :
- Menentukan / menetapkan proyek
- Mengindentifikasi tujuan dan pergerakan bisnis. Jika hal ini sudah didefinisikan, pastikan definisi ini masih sesuai dan lakukan klarifikasi terhadap bagian yang belum jelas.
- Meninjau prinsip arsitektur termasuk prinsip bisnis. Meninjau ini berdasarkan arsitektur saat ini yang akan dikembangkan. Jika hal ini sudah didefinisikan, pastikan definisi ini masih sesuai dan lakukan klarifikasi terhadap bagian yang belum jelas.
- Mendefinisikan apa yang ada di dalam dan di luar rungan lingkup usaha saat ini.
- Mendefinisikan batasan-batasan seperti waktu, jadwal, sumber daya dan sebagainya.
- Mengindentifikasikan stakeholder, kebutuhan bisnis dan visi arsitektur.
- Mengembangkan Statement of Architecture Work.
3. Phase B: Business Architecture – fase ini mencakup pengembangan arsitektur bisnis untuk mendukung visi arsitektur yang telah disepakati. Pada tahap ini tools dan method umum untuk pemodelan seperti: Integration DEFinition (IDEF) dan Unified Modeling Language (UML) bisa digunakan untuk membangun model yang diperlukan.
Beberapa tujuan dari fase ini adalah :
- Menguraikan deskripsi arsitektur bisnis dasar.
- Mengembangkan arsitektur bisnis tujuan, menguraikan strategi produk dan/atau service dan aspek geografis, informasi, fungsional dan organisasi dari lingkungan bisnis yang berdasarkan pada prinsip bisnis, tujuan bisnis dan penggerak strategi.
- Menganalisi gap antara arsitektur saat ini dan tujuan.
- Memilih titik pandang yang relevan yang memungkinkan arsitek mendemokan bagaimana maksud stakeholder dapat dicapai dalam arsitektur bisnis.
- Memilih tools dan teknik relevan yang akan digunakan dalam sudut pandang yang dipilih.
Beberapa langkah yang dilakukan di fase ini adalah :
- Mengembangkan deskripsi asitektur bisnis saat ini untuk mendukung arsitektur bisnis target.
- Mengindentifikasi reference model, sudut pandang dan tools
- Melengkapi arsitektur bisnis
- Melakukan gap analisis dan membuat laporan
4. Phase C: Information Systems Architectures – Pada tahapan ini lebih menekankan pada aktivitas bagaimana arsitektur sistem informasi dikembangkan. Pendefinisian arsitektur sistem informasi dalam tahapan ini meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan oleh organisasi. Arsitektur data lebih memfokuskan pada bagaimana data digunakan untuk kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan. Teknik yang bisa digunakan dengan yaitu: ER-Diagram, Class Diagram, dan Object Diagram.
Tujuan dari fase ini adalah mengembangkan arsitektur tujuan dalam domain data dan aplikasi. Ruang lingkup dari proses bisnis yang didukung dalam fase C dibatasi pada proses-proses yang didukung oleh TI dan interface dari proses-proses yang berkaitan dengan non-TI. Implementasi dari arsitektur ini mungkin tidak perlu dalam urutan yang sama, diutamakan terlebih dahulu yang begitu sangat dibutuhkan.
Tujuan dari arsitektur data adalah untuk mendefinisikan tipe dan sumber utama data yang diperlukan untuk mendukung bisnis dengan cara yaitu dapat dipahami oleh stakeholder, lengkap, kosisten, dan stabil. Penting untuk diketahui bahwa arsitektur ini tidaklah memperhatikan perancangan database. Tujuannya adalah untuk mendefinisikan entitas data yang relevan dengan enterprise, bukanlah untuk merancang sistem penyimpanan fisik dan logik.
Beberapa langakah yang diperlukan untuk membuat arsitektur data adalah:
- Mengembangkan deskripsi arsitektur data dasar
- Review dan validasi prinsip, reference model, sudut pandang dan tools.
- Membuat model arsitektur
- Memilih arsitektur data building block
- Melengkapi arsitektur data
- Melakukan gap analysis arsitektur data saat ini dengan arsitektur data target dan membuat laporan.
Tujuan dari arsitektur aplikasi adalah untuk mendefinisikan jenis-jenis utama dari sistem aplikasi yang penting untuk memproses data dan mendukung bisnis. Penting untuk diketahui bahwa arsitektur aplikasi ini tidaklah memperhatikan perancangan sistem aplikasi. Tujuannya adalah untuk mendefinisikan jenis-jenis sistem aplikasi yang relevan dengan enterprise dan aplikasi apa saja yang diperlukan untuk mengatur data dan menghadirkan informasi kepada aktor manusia dan komputer di enterprise. Aplikasi tidak diuraikan sebagai sistem komputer tetapi sebagai grup logik dari kemampuan untuk mengatur objek data dalam arsitektur data dan mendukung fungsi-fungsi bisnis dalam arsitektur bisnis. Aplikasi dan kemampuan didefinisikan tanpa mereferensikan ke teknologi khusus. Suatu aplikasi bersifat stabil dan relatif tidak berubah sepanjang waktu sedangkan teknologi yang digunakan untuk mengimplementasikannya akan barubah sepanjang waktu, berdasarkan pada teknologi yang sekarang tersedia dan perubahan kebutuhan bisnis.
Beberapa langkah yang diperlukan untuk membuat arsitektur aplikasi adalah :
- Mengembangkan deskripsi arsitektur aplikasi dasar
- Review dan validasi prinsip, reference model, sudut pandang dan tools.
- Membuat model arsitektur
- Indentifikasi sistem aplikasi kandidat
- Melengkapi arsitektur aplikasi
- Mealakukan gap analysis dan membuat laporan
5. Phase D: Technology Architecture –Membangun arsitektur teknologi yang diinginkan, dimulai dari penentuan jenis kandidat teknologi yang diperlukan dengan menggunakan Technology Portfolio Catalog yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras. Dalam tahapan ini juga mempertimbangkan alternatif-alternatif yang diperlukan dalam pemilihan teknologi.
Beberapa langkah yang diperlukan untuk membuat arsitektur teknologi yaitu:
- Membuat deskripsi dasar dalam format TOGAF
- Mempertimbangkan reference model arsitektur yang berbeda, sudut pandang dan tools.
- Membuat model arsitektur dari building block
- Memilih services portfolio yang diperlukan untuk setiap building block
- Mengkonfirmasi bahwa tujuan bisnis tercapai
- Menentukan kriteria pemilihan spesifikasi
- Melengkapi definisi arsitektur
- Melakukan gap analysis antara arsitektur teknologi saat ini dengan arsitektur teknologi target.
6. Phase E: Opportunities and Solutions – Pada tahap ini akan dievaluasi model yang telah dibangun untuk arsitektur saat ini dan tujuan, indentifikasi proyek utama yang akan dilaksanakan untuk mengimplementasikan arsitektur tujuan dan klasifikasikan sebagai pengembangan baru atau penggunaan kembali sistem yang sudah ada. Pada fase ini juga akan direview gap analysis yang sudah dilaksanakan pada fase D.
Tujuan dari fase ini adalah :
- Mengevaluasi dan memilih pilihan implementasi yang diidentifikasikan dalam pengembangan arsitektur target yang bervariasi
- Identifikasi parameter strategik untuk perubahan dan proyek yang akan dilaksanakan dalam pergerakan dari lingkungan saat ini ke tujuan.
- Menafsirkan ketergantungan, biaya dan manfaat dari proyek-proyek yang bervariasi.
- Menghasilkan sebuah implementasi keseluruhan dan strategi migrasi dan sebuah rencana implementasi detail.
7. Phase F: Migration and Planning – Pada fase ini akan dilakukan analisis resiko dan biaya. Tujuan dari fase ini adalah untuk memilih proyek implementasi yang bervariasi menjadi urutan prioritas. Aktivitas mencakup penafsiran ketergantungan, biaya, manfaat dari proyek migrasi yang bervariasi. Daftar prioritas proyek akan berjalan untuk membentuk dasar dari perencanaan implementasi detail dan rencana migrasi.
8. Phase G: Implementation Governance – fase ini mencakup pengawasan terhadap implementasi arsitektur.
Tujuan dari fase ini adalah :
- Untuk merumuskan rekomendasi dari tiap-tiap proyek implementasi
- Membangun kontrak arsitektur untuk memerintah proses deployment dan implementasi secara keseluruhan
- Melaksanakan fungsi pengawasan secara tepat selagi sistem sedang diimplementasikan dan dideploy
- Menjamin kecocokan dengan arsitektur yang didefinisikan oleh proyek implementasi dan proyek lainnya.
9. Phase H: Architecture Change Management – fase ini mencakup penyusunan prosedur-prosedur untuk mengelola perubahan ke arsitektur yang baru. Pada fase ini akan diuraikan penggerak perubahan dan bagaimana memanajemen perubahan tersebut, dari pemeliharaan sederhana sampai perancangan kembali arsitektur. ADM menguraikan strategi dan rekomendasi pada tahapan ini. Tujuan dari fase ini adalah untuk menentukan/menetapkan proses manajemen perubahan arsitektur untuk arsitektur enterprice yang baru dicapai dengan kelengkapan dari fase G. Proses ini akan secara khusus menyediakan monitoring berkelanjutan dari hal-hal seperti pengembangan teknologi baru dan perubahan dalam lingkungan bisnis dan menentukan apakah untuk menginisialisasi secara formal siklus evolusi arsitektur yang baru. Fase H juga menyediakan perubahan kepada framework dan pendirian disiplin pada fase
Preliminary.
10. Requirements Management – menguji proses pengelolaan architecture requirements sepanjang siklus ADM berlangsung.